Sini mari sini, berdua kita bagi
canda, tawa, suka, dan habagia
sini mari sini, berdua kita bagi
duka, bilah, angan, dan derita
akar cinta kita tumbuh
merajut jadi satu,
tak kan tumbang dan menghilang
diterpa cacian kosong lalu lalang
Tampilkan postingan dengan label Puisi dan Sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi dan Sajak. Tampilkan semua postingan
Kamis, 26 Juni 2014
Minggu, 22 Juni 2014
Pengawal Awan
dipohon berdenting semu
hati ini mengibarkan sayapnya
melangkah penuh suka ke atas
melihat wajah girangmu
berharap waktu berhenti lama
terpaku membiru awan sirna
takkan lagi ku lepas
walau hanya sengenggam embun
pengawal awan akankah kau tau
disini aku merindu
melihat jerat senyumnya
merangkul anggun jiwaku
pengawal awan beritahu aku
disini aku menunggu
membasuh kembali hatinya
mendengar kembali abunya pelangi
akankah kau tahu
sedikit saja selalu ku nanti walau tiada arti
hati ini mengibarkan sayapnya
melangkah penuh suka ke atas
melihat wajah girangmu
berharap waktu berhenti lama
terpaku membiru awan sirna
takkan lagi ku lepas
walau hanya sengenggam embun
pengawal awan akankah kau tau
disini aku merindu
melihat jerat senyumnya
merangkul anggun jiwaku
pengawal awan beritahu aku
disini aku menunggu
membasuh kembali hatinya
mendengar kembali abunya pelangi
akankah kau tahu
sedikit saja selalu ku nanti walau tiada arti
Kamis, 05 Juni 2014
Derai Derai Cemara
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949
Karya Chairil Anwar
Senin, 02 Juli 2012
Siapa Meminang Timur (MUSIKALISASI PUISI SMAN 14 PALEMBANG)
Siapa Meminang Timur
karya A. Rapanie Igama
Siapa telah meminang timur
tanpa shalawat dan doa
tanpa tahajud dan tafakur
tanpa pinang dan sirih
Siapa meminang timur
dan menghanyutkannya
pada sungai tak bernama
Siapa meminang timur
tanpa arak-arakan perahu bidar
dan meninggalkannya
pada pulau tak bernama
Siapa yang telah meminang
dan menelantarkan keturunannya
Kamis, 07 Juni 2012
Salamku Pada Muara oleh A. Rapanie Igama
Salamku Pada Muara
oleh A. Rapanie Igama
Aku mengembara
menguak rimba
negeriku sendiri
Dalam dahaga
kuhampiri gigir sungai
maka menguak pula
rinduku pada muara
Terbayang kau
kerabat-kerabatku
menanti, mengajakku
mengembara pada laut
,,Teruskan kamu,
laut memberi hidup
menuntun pada malam,
siang hari tiada tepian
pada mata hati,
bebas atas sungai
yang cuma di batas muara,,
Aku masih menguak rimba
negeriku sendiri
Salamku pada kalian
(maka kutepuk sungai
airnya memercik wajah
dingin)
,,Sampaikan salamku pada muara,,
menguak rimba
negeriku sendiri
Dalam dahaga
kuhampiri gigir sungai
maka menguak pula
rinduku pada muara
Terbayang kau
kerabat-kerabatku
menanti, mengajakku
mengembara pada laut
,,Teruskan kamu,
laut memberi hidup
menuntun pada malam,
siang hari tiada tepian
pada mata hati,
bebas atas sungai
yang cuma di batas muara,,
Aku masih menguak rimba
negeriku sendiri
Salamku pada kalian
(maka kutepuk sungai
airnya memercik wajah
dingin)
,,Sampaikan salamku pada muara,,
Rabu, 06 Juni 2012
KEPADA MUSI karya A. Rapanie Igama
Kepada Musi
Oleh Rapahnie Igama
Tepian ini memberi fajar
menghangatkan tubuh kami
menerangi mata hati
dari menahunnya kabut dusun
Kota Musi tempat melabuh cinta
pasar bagi segala mimpi
rantai dari segala nyanyian
di sinilah benang emas songket kami
hingga tiada jengkal di antara sembilan batanghari
Tepian ini menyimpan tua-tua
menyatu dalam kecipak air
seirama aliran darah kami
Dari uluan kami menghadap
pada degub jantung kami
.1993-1995.
JEMBATAN karya Sutardji Calzoum Bachri
JEMBATAN
Oleh Sutardji Calzoum Bachri
Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata
bangsa
Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi
dalam teduh pekewuh
dalam isyarat dan kilah tanpa makna
Maka lebih baik aku membaca wajah orang berjuta
Wajah orang - orang yang berdiri satu kaki dalam
penuh sesak bis kota
Wajah yang tergusur
Wajah yang ditilang malang
Wajah para pemuda yang matanya letih melihat daftar
lowongan kerja.
Wajah yang tercabik-cabik dalam pengab pabrik
Wajah legam para pemulung yang memungut remah-remah
pembangunan
Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton
etalase indah di berbagai palaza
Wajah yang diam-diam menjerit melengking melolong
mengucap
tanah air kita satu
bangsa kita satu
bahasa kita satu
bendera kita satu !
Tapi wahai saudara satu bendera
kenapa kini ada suatu yang terasa jauh-beda diantara
kita ?
Sementara jalan-jalan raya mekar di mana-mana
menghubungkan kota-kota
jembatan-jembatan tumbuh kokoh merentangi semua sungai
dan lembah yang ada
tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang di
antara kita ?
Di lembah – lembah kusam pada pucuk tulang kersang
dan otot linu
mengerang mereka pacangkan koyak-moyak bendera hati
dipijak ketidakpedulian pada saudara.
Gerimis tak mampu menguncupkan kibaran-nya
Lalu tanpa tangis mereka menyanyi
padamu negeri...
airmata...
kami...
Langganan:
Postingan (Atom)